Langsung ke konten utama

Liburan Ke Kawasan Wisata Dieng Part II

View lanskap Gunung Sindoro dan Sumbing

Segera kami berempat berjalan menuju  gapura jalur pendakian Patak Banteng,jalur Patak Banteng merupakan jalur yg cukup ramai dilalui oleh para pendaki pemula seperti kami,hawa dingin makin menusuk kulit,sekitar jam 9 malam kami sampai di base camp yg letaknya tak jauh dari jalan raya.Kami pun segera membayar biaya masuk,biayanya sekitar 40rb berempat sudah  bisa masuk,laku kami segera mencari tempat yg nyaman buat istirahat.namun kami belum bisa langsung mendaki,karena kami berencana mendaki pukul 1 pagi,sedangkan saat ini masih pukul 10 malam,dan kita harus menunggu sekitar 3 jam lagi.
Kami beristirahat di salah satu rumah penduduk kawasan,sayangnya lantai tak berkeramik,terpaksa kami harus menyediakan alas seadanya,dengan beralaskan sarung kami sejenak melepas rasa seharian perjalanan yg jauh plus bikin pegel.
Sembari melepas lelah,ku dengar obrolan dari para pendaki lain tentang pekerjaan,dan membuat ku berpikir aku masih sekolah belum pernah memikirkan pekerjaan,jadi aku merasa senang dan penasaran mendengarkan hal itu,sepertinya sangat menyenangkan bila membicarakan tentang masalah pekerjaan di waktu liburan bersama sahabat.
Kami juga mendengar ada pengunjung dari Lampung,wow, mungkin aku baru pertama kali ya lihat orang pulau Sumatra hehehe.Setelah menunggu lamanya waktu,dan malam semakin menghening ku coba bersandar di dinding,tak berasa makin banyak pendaki yg mulai naik gunung,ada yg pake sendal,bawa sarung,dan menyalakan rokok untuk menghangatkan badan,pertanda bahwa pendakian kami akan segera dimulai.Tibanya pukul 1 pagi kamu bersiap akan naik,sebelum naik kita berempat melakukan pemanasan biar gak cedera saat pendakian,dengan gerakan sepengetahuan kami,kami lakukan biar antisipasi mengurangi rasa pegal.

Licin dan Eksremnya jalur Patak Banteng

Akhirnya kami pun mulai naik dengan jalan kaki dan bekal senter,jalur pertama adalah jalur berupa tangga menuju lahan pertanian warga,dilanjutkan dengan jalan menanjak berdasarkan batu yg ketika hujan akan licin dan membahayakan.Belum sampai kita di pos 1,kita udah ngos-ngosan,aku berasa makin kita naik makin susah napasnya,ditambah dengan hawa dingin level dewa,berasa di freezer banget.Kata teman aku kurang persiapan fisik,yakni joging,ya mungkin bisa itu penyebabnya.Namun kami gak nyerah gitu aja,kami segera lanjut.
Di saat perjalanan kita bisa melihat view malam kawasan dien loh,cahaya kerlap kerlip nya bisa dilihat dari kaki bukit Gunung Prau,saat perjalanan tak disangaka ada beberapa warung yg letaknya di pinggir jurang,ngeri juga ya,karena rasa ngos-ngosan,temanku membelikan sepotong semangka katanya biar ada tenaga baru,kami juga melihat ada pendaki yg tasnya jatuh ke jurang,sebab mungkin ditaruh di pinggir bangku mepet jurang,gak kebayang ya bila hal itu menimpa kami,pasti kita bakalkami lama lagi naik gunungnya.Setibanya di pos 1,posnya berupa seperti pos ronda kecil,kami disarankan untuk membawa pulang sampah oleh petugas,lanjut perjalanan.

Di waktu perjalanan agak merinding juga,angin dingin bertiup menimbulkan suara yg mengerikan seperti akan turun hujan atau badai.Dengan jalur licin belum lagi becek agak menyulitkan pendakian kami,salah pijakan dikit kita bisa jatuh terpeleset ke bawah.Butuh perjuangan keras untuk naik gunung,dan bagiku ini pengalaman pertama ku naik gunung,sedikit demi sedikit kami terus naik,kami juga saling bantu membantu dalam menaiki curamnya jalur pendakian,tak lupa kami sejenak berhenti untuk meneguk air botol mineral yg kami bawa.Makin kami naik hawanya makin dingin,tubuh semakin bergetar,badanpun makin pegal dan terkuras tenaga.Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam,akhirnya kita berhasil menuju ppuncak.

Menaklukan Dinginnya Malam di Puncak Dieng.

Senang banget rasanya bisa menaklukan ratusan meter tanjakan jalur pendakian,rasa senang bercampur haru,sebab kita berada di titik tertinggi kawasan dieng,lalu kami mencari tempat untuk berkemping,tidak seperti pendaki lain kami kemping tanpa tenda,kebayang kan dinginnya bagaimana,namun bukan jiwa muda kalau kita kalah sama hawa dingin,sudah pukul 3 pagi,sambil menunggu sunrise,kami tidur sebentar ditengah hawa dingin nya pagi yg berselimut kabut tebal.aku juga terpaksa pakai 3 rangkap  kaos ditambah jaket tipis dan sarung hitam,namun masih dingin tetap tak bisa mengalah.Memang sulit untuk tidur dalam kedinginan,walau pada akhirnya aku dapat tidur walaupun gak lama sekitar 1 jam an.Hingga tiba akhirnya pukul 5 pagi kita berempat bangun untuk menyaksikan golden sunrise di Gunung Prau,tapi pagi ini cuaca agak mendung kabut pun sangat tebal,jadi kami tak bisa melihat sunrise di awal awal waktu.


Golden Sunrise puncak Prau

Teriknya cahaya matahari di Prau

Tapi saat sekitar hari makin terang barulah kami dapat menyaksikan golden sunrise gunung prau,wow kilauannya itu mahal bagaikan emas,tak puas setelah melihat sunrisenya.




Ramainya para pendaki di Gunung Prau

Kami mulai memfoto momen langka tersebut,teriakan para pendaki juga bikin suasana ramai,ohh ya saat kita mendaki banyak pengunjung yg  datang jadi puncak prau seperti lautan tenda dan manusia.

Foto kami berempat di Gunung Prau


Amazingnya Lanskap Gunung Prau,Dari Sini Kita dapat Melihat 3 Gunung Sekaligus

Pemandangan di Gunung Prau

Tak sampai disitu kami juga melihat kemegahan  lanskap Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yg bisa kita lihat dengan jelas view nya dari puncak Prau,Gunung Merapi jugajuga kita bisabisa lihat tapi tak begitu jelas.Puncak Gunung Prau sendiri merupakan gunung yg tidak aktif,puncaknya memiliki ketinggian 2565 mdpl,sebenarnya ada dataran lebih tinggi yakni 2590 mdpl.setelah melihat lanskap gunung lain di puncak prau,kami juga berfoto foto di gunung Prau buat kenang kenangan masa tua nanti.Setelah puas berfoto kami lanjutkan untuk turun gunung sekitar pukul 7 pagi,di waktu perjalanan kami juga melihat pengunjung lain yg mendaki di waktu pagi.
Kawasan yg terhalang Gng.Prau terlihat gelap

Sebelum turun ke jalur basecamp,kami sejenak melihat view kebun kentang di lereng Gunung Prau,ini juga baru pertama melihat tanaman asli kentang,bagiku ini pengalaman menarik.

View kebun kentang di lereng Gng.Prau


Selain itu kami juga bisa menyaksikan aktifitas pagi penduduk lokal Dieng,setelah puas melihat kebun Kentang kami segera turun,tapi kami mengambil jalur lain dari yg lain,kami mengambil jalur ke rumah warga,by the way ternyata dieng padat rumah penduduk,mungkin seperti di daerah Kedungwuni di Kabupaten Pekalongan,dari rumah warga dapat kita jumpai tanaman seperi wortel,stroberi dan tanaman pegunungan lain.
Disaat sampai sebuah masjid kami langsung sholat dan menqada dan mengqasar sholat subuh dan dhuhur,waktu tibanya kami pulang,

Tertipu Tiket Masuk Telaga Warna,padahal Yg dibeli tiket masuk kawasan Belanja

Setelah usai sholat,kami lanjut perjalanan,rencanya sih mau ke Telaga Warna,tapi kita salah beli tiket.Nyesel si rasanya,dan nipu banget soalnya tempat parkir deket banget dengan gapura Wisata Telaga Warna,duh terpaksa kami wisata ke tempat lain,dengan sisa uang seadanya kami tetap menghemat uang,dengan tempat wisata php pula kita masak mie rebus disitu.
Setelah perut kami ganjal,saatnya pulang tanpa oleh oleh yg bisa dimakan,hanya stiker gratis dan penutup kepala hanyat yg bisa dibawa pulang,ibaratnya kita krisis disaat akhir selesai pendakian,tak banyak bekal yg bawa,hanya uang seratus ribu yg lenyap tinggal beberapa,itupun buat beli bensin.
Hari makin siang,kami pulang lewat jalur Batang rencanya,tapi kita tersesat di Banjarnegara dekat dengan daerah Petungkriyono.karena kami tak hafal jalan itu kami menggunakan Google Maps dengan sisa baterai yg krisis pula,kami mencoba tanya dengan penduduk ,kalau jalaur lurus ke daerah mana,ternyata daerah itu ke Perungkriyono yg pada awalnya kami tak tahu kindisinya seperti apa.

Jalan Daerah Petungkriyono Yg Rusak Parah Menjadi Titik Awal Kejadian Pahit Yg Tak Terduga.

Saat menuju daerah Petungkriyono yg berupa hutan lebat,perasaan saya gak enak,karena di awal kita memasuki perbatasan kabupaten Jalannya rusak parah ditambah jalur menanjak.Dengan ekstra hati hati  kami  terus melaju.Jalur setelah perbatasan si mulus sudah tapi belum beraspal sehingga berbahaya,benar saja saat kita turun jalur berbolek teman saya yg pakai motor lain terjatuh di turunan berbelok.Tak selesai dari itu,di tikungan selanjutnya giliran Aku yg terjatuh,rasanya sakit.Karena pantatku terbentur cor coran,tak sampai situ,dua kali ini saya jatuh di tikungan berikutnya,kali ini kaca spion kiri yg pecah,setelah terjatuh saya amankan segera pecahan kaca,by the way tempat kami jatuh ini aneh.Sebab banyak serpihan kaca juga,berrti banyak juga yg pernah jatuh disini,makin aneh juga ini tempat.Badan terasa sakit sakitan,hari makin gelap dan mendung.

Beruntung Ada Sebuah Mobil Yg Menyalamatkan Kami dari Bahayanya Jalanan Petungkriyono.

Kami lanjut perjalanan,disaat saya dan teman saya berhendak menyalip sebuah mobil warna putih,saya dan teman saya kembali terjatuh,aku terjatuh ke parit seberang jalan dan menumbuk sebuah karung entah isinya.Teman saya yg mengendarai motor kakinya terbentur aspal mungkin,tidak bisa berdiri,aku sempat panik,tapi beruntung kami ditolong oleh ibu ibu yg yg ada di mobil,dan kami ditawari menumpang mobilnya,untung banget,kami tak menolak tawaran itu,gak kebayang kan kita motoran di jalann berbatu seperti di sungai.
Kami segera  angkut kendaraan kami,satu mobil mengangkut 2 motor ditambah kita berempat.Sepanjang perjalanan tak segan kami berbicang dengan ibu dan bapak pemilik mobil,belum lama perjalanan,teman saya baru sadar hanphone nya hilang,mobilpun berhenti,segera dia mencari hpnya yg jatuh,tapi buruknya hpnya tak ditemukan,dengan berat hati kami melanjutkan perjalanan.
Benar saja di sepanjang perjalanan berpuluh puluh meter kami terombang ambing oleh jalanan yg rusak,pusing dan rasa mual saya tahan ,diiringi dengan hujan deras mobilpun melaju turun ,hingga di desa Kayupuring baru jalan mulus bisa dinikmati,namun turunan curam mengiasi perjalanan kami.Sampai di terminal Doro,kami turun dan segera pamit dengan Bapak ibu pengendara mobil,kami sangat berterima kasih banyak buat bapak ibu yg sudah menolong kami.Akhirnya kami berpisah,segera kami sholat ashar di Dororejo,dan lalu pulang ke rumah dengan muka lelah.
Hal yg ditunggu akhirnya datang,semu rintangan sudah kita lalu,gak kebayang ada rintangan yg mengahadang liburan kami,ini benar liburan yg beda dan penuh tragedi,dan semoga cerita ini bisa dijadikan pesan,bahwa tak semua hal menyenangkan saja yg kita lalui dalam kehidupan,dan semoga crita ini bisa dijadikan pembelajaran dari  pengalaman liburan yg tak terlupakan ini.
Selesai

Komentar