Langsung ke konten utama

Pahit Manis di Pesantren

Pahit Manis di Pesantren

Karya :Nur Hidayah
           Di suatu sudut kota,terdapatlah sebuah Pesantren berdiri megah yang bernama Pondok Pesantren Al-Hidayah,pesantren ini tergolong pesantren baru,wajar jika fasilitasnya belum lengkap betul,namun tidak menjadi alasan bagi tiga sahabat sejati ini,yakni  Salman,Daris,dan Nur untuk mondok di pesantren tersebut.
         Mereka memang sudah memutuskan untuk kompak mondok  di pesantren tersebut,mereka tidak ingin merepotkan orang tua mereka,sehingga mereka memilih pesantren terdekat walaupun pesantren tersebut  memliliku keterbatasan sarana dan prasarananya.
         Selain itu,alasan mereka memilih  pesantren ini karena  biayanya cukup terjangkau,sehingga tidak terlalu memberatkan beban pembayaran bagi kedua orang tua mereka.
        Hingga tiba saatnya,hari itu mereka bertiga harus berpisah dengan kedua orang tuanya,dan mulai mengenal lingkungan baru mereka.Mereka bertiga segera  berpamitan dengan orang tuanya,tak lupa cium tangan dan memohon doa restu agar mereka bisa belajar dengan baik.
        Mereka berangkat menggunakan mobil sedan yang di kendarai oleh Pak Anton,Pak Antonlah yang menyarankan agar mereka mondok di pesantren Al-Hidayah.
"Kenapa kita harus mondok di pesantren Al-Hidayah si pak,emang ada bedanya sama pesantren lainnya?",tanya Nur kepada Pak Anton.
"Nanti kalian bakal tahu sendiri",jawab Pak Anton dengan nada Arogannya.
         Tak lama 20 menit kemudian,mereka telah sampai di podok pesantren Al-Hidayah,wajah senang pun mereka tampakkan,terbersit dipikiran mereka bahwa bahagianya dan  hangatnya kebersamaan di pesantren

     Kemudian mereka bertiga bersama Pak Anton bergegas menemui seorang petugas yang mengarahkan mereka ke ruang lobi pesantren,disini mereka didata sebagai tanda bahwa mereka siap mulai kehidupan baru di pesantren.
          Dan merekapun sekarang diperbolehkan masuk ke asrama.Mereka bertiga merasa senang sebab mereka baru pertama kali  mondok di pesantren semegah itu.Tak sebatas mengaguminya lantas mereka menyempatkan diri untuk berkeliling di lingkungan pesantren.
          Usai sudah mereka berkeliling pesantren,mereka beranjak mencari kamar,kebetulan juga mereka bertiga sekamar,jadi mereka bisa cari bersama-sama..
"Maaf pak,kami mau tanya,kamar nomor 4 itu dimana?",ujar Nur.
"Ada di sebelah pojok timur,dari sini kalian tinggal lurus saja",kata petugas kebersihan.
         Setibanya di kamar,mereka langsung beristirahat,rasa lelah terbayar oleh empuknya kasur,walaupun mereka ada harus bersama berbagi tempat tidur,tak masalah bagi mereka.
         Hari demi hari mereka jalani kehidupan dipesantren,mereka tak menyangka kehidupannya berbeda saat mereka di sekolah di Mts,dulu mereka bisa main setiah hari tanpa perlu menghiraukan pekerjaan di rumah,kini berbeda seratus delapan puluh derajat,mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah  sendiri.
          Seperti mencuci baju,memasak,mengepel hingga membereskan kamar mereka lakukan secara.bersama-sama.Kalaupun pekerjaan ini tiap hari dilakukan, tak akan  terasa lelah jika dikerjakan secara bersama-sama dengan penuh canda dan tawa.
          Namun lama kelamaan mereka bertiga merasa penat,bosan dan ingin jalan jalan.Terbersit di pikiran mereka untuk keluar dari rutinitas yang padat di pesantren,hingga disaat semua santri sedang tidur terlelap mereka bersiap begadang bersiap untuk merancang rencana jalan-jalan mereka.
"Bosan ni di pesantren,besok kan libur,kita mau ngapain?",tanya Daris pada kedua temannya.
"Main PS aja,nanti gue yang bayarin kok",ujar Salman.
"Jalan-jalan lebih menyenangkan sob,gue punya tempat wisata asik",kata Nur.
"Itu ide yang bagus,gue si ikut aja",kata Daris.
         Setelah melalui perbincangan yang panjang lebar,akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk jalan-jalan,walaupun Salman sebenarnya tidak setuju dengan pendapat Nur,sebab ia lebih suka main game daripada jalan-jalan.
         Keesokan harinya mereka bersiap untuk pergi jalan-jalan,hari Jumat itu memang pesantren membolehkan santri untuk keluar,tetapi santri harus datang kembali sebelum waktu ashar.
         Mereka bergegas untuk siap berangkat,mereka pergi dari pesantren jam 7 pagi,setibanya di depan gerbang pesantren,tiba-tiba mereka mendengar  pengumuman  lewat suara,bahwa hari ini semua santri wajib mengikuti kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren.
        Mendengar hal tersebut merekapun panik dan segera lari meninggalkan pesantren,mereka lalu berjalan setelah merasa aman,mereka  menuju terminal untuk naik bus.
"Kita mau kemana si Nur" ucap Salman.
"Kita ke Taman aja,disana suasananya asri selain itu wahananya seru,kalian nanti ga kecewa deh",ucap Nur sambil meyakinkan kedua temannya.Setiba di terminal yang tidak terlalu jauha dari pesantren mereka naik mini bus munuju ke tempat wisata yang mereka tuju.
   
     Mini bus itu  mengarah ke daerah pegunungan hijau yang masih asri,di sepanjang perjalanan mereka disuguhi indahnya daerah pegunungan,gunung,sungai,dan sawah jadi pemandangan yang menenangkan pikiran.
          Butuh waktu satu jam menuju  lokasi wisata,akhirnya mereka telah sampai di Taman wisata tersebut,mereka langsung masuk dan membeli tiket dan lalu mencoba  berbagai wahana di sana, mereka memilih kegiatan outbound.Setelah memuaskan diri dengan keseruan di taman wisata tersebut,mereka pun sangat senang dan puas dan sudah tibanya mereka pulang.
Namun disaat perjalanan pulang,mereka di hadang kemacetan parah,karena jalan mereka lalui sedang ada pembersihan jalan,sebab terdapat jalan tertimpa tanah akibat bukit yang longsor,sehingga membuat mereka tiba saat waktu maghrib di pesantren.
"Dari mana saja  kalian,semua santri hari ini tidak boleh keluar seperti hari jumat biasanya,apa kalian tidak dengar pengumuman tadi pagi?",ujar petugas satpam yang menghadang mereka di depan gerbang.
"Maaf pak,sebenarnya kami tahu,tapi kami langsung kabur pak,soalnya kami udah bosan di pesantren",ucap Daris dengan wajah kecewa.
"Mohon pak,jangan laporkan kami  ke kakak asrama",ujar Salman memohon pada Pak satpam.
"Kalian memang sudah jujur,tapi bapak tetap melaporkan hal ini,ini demi kebaikan kalian juga,percayalah",kata pak satpam dengan tegas.
Segeralah mereka dikawal ke kakak asra
ma,namanya  Denis,ia terkenal paling galak di pesantren tapi terkadang baik hati juga.
"Habislah kita" gumam Nur dalam hatinya.
       Benar saja,setelah Pak Satpam menjelaskan semunya kepada Denis,setelahnya Denis langsung memberikan hukuman pada mereka.
"Coba kalian baca juz Amma sekarang,kalau belum hafal kakak beri hukuman yan nambah berat!",kata Denis.
 
      Lantas mereka baca  surah demi surah,sayangnya mereka lupa urutan surahnya sehingga ditambah hukuman untuk membaca kalimat "Saya tidak akan mengulangi perbuatan buruk kembali" hingga  dua ratus kali.
      Belum selesai sampai disitu,setelah mereka sholat maghrib disuruh mengepel semua toilet di pesantren.
"Ternyata,kesenangan kita tadi jalan-jalan
 harus di bayar dengan penderitaan kembali",ujar Nur.
"Kamu si,ngajakin kita jalan jalan",ucap kesal  Daris.
"Kalian saja yang mau diajak",kata Nur
"Sudahlah,kita kerjakan saja",ujar Salman sambil melerai perdebatan antara Nur dan Daris.
       Hingga  larut malam,disaat santri lain tertidur,mereka belum juga selesai membersihkan semua toilet di pesantren.Akhirnya mereka selesai membersihkan semua toilet hingga tengah malam,.
       Disaat itu juga mereka sadar dan mereka pun menyesali perbuatan mereka.Dan mereka bertiga sepakat untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar peraturan pesantren.Mereka kapok dengan perbuatannya itu.
Keesokan harinya,tanpa disangka mereka dipanggil oleh kakak asrama,untuk mengikuti studi banding dan jalan jalan ke Mesir.Lantas merekapun senang sekali,tak disangka kerja lembur mengepel toilet semalaman terbayar lunas.
Bagi mereka hal itu mimpi dan kesempatan langka,dan hadiah itu diberikan mereka karena,dua bulan yang lalu mereka bertiga telah menjuarai lomba debat bahasa arab tingkat nasional dan melaju ke tingkat internasional.
Dan sejak mereka pulang dari mesir,mereka sekarang menjadi santri yang pintar,lebih sabar,dan beraklak mulia.Tak lupa mereka juga belajar dari pengalaman pahit mereka usai berlibur.
         Sungguh pengalaman pahit dan menyenangkan yang  mereka lalui,pahit manis mereka rasakan bersama.Ibaratnya mereka seperti buah yang dulu masam kini berubah menjadi manis.Mereka sadar bahwa pahit manis kehidupan di pesantren harus dihadapi sebagai bekal di kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

Komentar